Pendaki dan Mistis

Pecinta alam sejati, tak akan goyah walau badai menerjang, walau hujan menyapu, pecinta alam sejati adalah manusia yang peduli alam tanpa terbebani dengan dogma – dogma yang tak bisa di buktikan kebenarannya. Akan beda jika hanya mengatas namakan pecinta alam dan hanya menjadi simbol dalam menggapai alam dan puncak gunung. Mengutamakan pencapaian puncak setelah itu kembali menjadi kaum vandalisme dan kaum perusak.

Banyak kini pendakian gunung dan menyusuri rimba di awali dengan sebuah pertanyaan: ” Angker kah tempat itu? ” Pertanyaan yang wajar tetapi lihatlah efek setelahnya. Jika jawabannya angker, kebanyakan akan menggagalkan petualangan, dengan alasan konkrit: Takut! Takut mitos dan mistik suatu tempat. Seharusnya tak perlu terjadi bagi orang yang beragama dan mencintai Tuhan.

Hanya sebagai contoh, saat menuju Merbabu dan Lawu , ada kawan pendaki yang bilang jika melihat sesosok tubuh melintas di depan kami, dan saat di Lawu, dari Pos 2 Taman Sari Atas turun menuju Pos 1 Taman Sari Bawah, perjalanan terasa lama dan banyak bayangan muncul yang berupa Pos 1 padahal bukan dan ketika didekati ternyata hanya batang pepohonan yang terhembus angin.

Akhirnya kami menyimpulkan kenapa kami bisa lama dari Pos 2 menuju Pos 1, karena kami kelelahan dan terus seperti mendesak alam dengan ucapan : ” Mana ini Pos 1? Lama banget! “…Faktor hujan juga menjadi penghalang. Itulah secara psikologis, kami hanya kelelahan sehingga banyak bayangan seperti fatamorgana. Itu akan lebih terasa seram jika kita terlalu percaya dengan hal angker dan mistis. Meskipun kita tak bisa memungkiri jika di alam ini tetap dan masih ada Gunung angker dan mistisnya dan tak perlu kita berlebihan, sebagai pendaki gunung sejati, lalu melakukan semacam ritual tolak balak mengusir penunggu alam, yakni hantu dan semacamnya.

 

Ada kisah dan cerita yang masih fresh dari teman kami saat mendaki jalur baru Sumbing. pendakian mereka menuju puncak memakan waktu yang sangat lama.. jika normalnya 6-7 jam sudah bisa dipastikan sampai dipuncak.

tapi saat mereka start pukul 19.00 wib, baru tiba di pos 1 pukul 03.00 wib (dini hari).

apakah menurut anda ini hal yang masuk akal?? jika yang mereka lakukan hanya berjalan normal dan pastinya tidak tertidur saat di jalur menuju pos 1.

bahkan ada cerita yang lain pula.Ā  ” saat turun dari puncak menuju PESTAN disana terdengar suara karawitan atau gamelan”..

Contoh lagi, saat menuju Gunung Slamet , saat sampai di Pos Samaranthu, saat bangun dari tidur untuk membuang air kecil, aku keluar dari tenda, dan di dalam tenda tersisa dua kawan, karena kami mendaki Slamet hanya bertiga. Tetapi saat aku selesai buang air kecil dan hendak masuk dalam tenda kembali, di dalam tenda tak lagi dua kawan di sana berselimut Sleeping Bag, tetapi tiga!. Lalu yang satu siapa?

Dan akhirnya aku tak jadi masuk tenda, tetapi membuat api unggun di depan tenda menunggu pagi datang. Saat pagi, aku masuk dalam tenda, jumlah kawan tak lagi tiga, tetapi kembali dua. Singkat kata, Pak Muhaeri, penjaga Base Camp bilang setelah kami turun, bahwa tak boleh mendirikan tenda dan beristirahat di Samaranthu, karena Samaranthu artinya, Sarangnya hantu! Percaya? Ya bisa tidak dan bisa ya. Dalam agama terutama Islam, mahluk Allah Swt tak hanya manusia, hewan dan tumbuhan nyata, tetapi juga ada bangsa jin, semua milik Allah Swt.


Pada intinya, hal – hal tadi tak jadi penghalang selama kita juga berbuat selayaknya pecinta alam. Kebanyakan akan terbebani saat menuju gunung, sedangkan kemudian mendengar jika gunung yang kita tuju ternyata kata orang dan kata mitos, adalah gunung angker. Dan kemudian beban itu di realisasikan dengan membatalkan peendakian.

Konyol dan penakut tanpa sebab penting menurut aku. banyak gunung yang di beri tanda angker, seperti mistisnya Ciremai , tetapi bukankah itu menjadi alasan kuat untuk lalu takut dan gagal dalam pendakian? Bagaimana bisa tahu dan menjadi saksi kemegahan Arcopodo Semeru jika percaya, hal mistik akan membuat kita seram? Cobalah abaikan hal tersebut jika kamu siap menjadi pecinta alam sejati dan petualang sejati.

Tips mengabaikan hal mistik di alam bebas

1. Sebelum berangkat, berdoa yang ikhlas dan benar kepada Tuhan pemilik dan penguasa alam.
2. Pastikan kita tak meremehkan alam seisinya dengan perbuatan tercela.
3. Yakinlah ( tak mudah yakin ) bahwa ada malaikat pelindung di sisi kita.
4. Penampakan yang bisa terjadi, kembalilah ke logika, bahwa itu adalah bayangan dari mata dan karena raga yang lelah. Fatamorgana yang paling sahih.
5. Hormati dan hargai tempat dimana kita berada. Dengar petunjuk dari yang lebih tahu tentang keadaan alam yang kita kunjungi.
6. Bila makin mendekati yakin bahwa itu adalah hantu, cuek!
7. Bercanda dengan kawan dan obrolan segar lebih membantu, agar raga tak cepat lelah dan melupakan cerita mistik.

Jadilah petualang sejati dan lupakan mistik, dengan cara tetap menghargai keberadaan alam, ingat Tuhan sang pemilik alam semesta.

 

#G4D4Adventure

 

Leave a comment