Langit, Bintang, Burung, Semut Hitam dan “KITA”

Dymowka_002_21996735

Di sebuah lubang kecil dari gugusan tebing pantai di bagian selatan Bumi… Tampak sepasang Burung Layang-layang dengan sepasang sayap dan kepala berwarna biru kehitaman dan bagian dada berwarna putih sedang gundah-gulana sambil memandang deburan ombak yang begitu kencang terhempas sapuan angin laut dan meninggi hingga cipratannya terkadang menerpa tubuh mereka berdua.

Si Jantan bernama Hirundo dan si Betina bernama Rustika.

Rundo dan Tika biasanya burung layang-layang lain memanggil mereka.

Sesekali mereka saling berpandangan, lama terdiam entah apa yang ada dalam pikiran mereka. Berhari-hari hal itu telah berlangsung, hingga di suatu senja…

pendirian-karang

“Rundo… sampai kapan angin kencang ini akan terus bertiup? Aku sudah tak tahan dengan keadaan ini dan semua serangga di celah-celah dinding tebing ini pun tak ada yang keluar akibat tiupan angin yang seperti ini. Aku lapar sekali Rundo!” “Sayup-sayup kudengar tadi suara para nelayan yang mengatakan bahwa hal ini akan berlangsung sekitar 12 Minggu lagi!” “Lama sekali jika begitu, mengapa kita tak mengikuti yang lainnya yang telah terbang mengikuti arah angin ke arah Utara?” “Kita sudah tak muda lagi wahai Tika yang setia! Sayap-sayap kita sudah tak sekuat sayap-sayap mereka yang telah hijrah ke Utara!”

“Lalu kita harus bagaimana lagi Rundo yang Perkasa? Apakah kita harus diam menunggu hari terakhir kita di tempat ini?” “Nanti malam akan kutanyakan kepada Polaris si Ekor Biduk di langit sana. Bersabarlah Tika!” Tika mengganguk kemudian kembali menatap deburan ombak dan tiupan angin yang begitu kencang.

*** Malam pun tiba bermelodikan nada-nada kerlap-kerlip bintang… Rundo membuka suara seraya memanggil Polaris. “Wahai Polaris… dapatkah kami berdua yang sudah renta ini terbang hingga ke tempatmu dan atau menjadi bagian dari kalian?” “Tanpa Sayap-sayap Malaikat rasanya akan sangat sulit bagi kalian berdua!” “Jika demikian, sudikah Kau berikan petunjuk pada kami?” “Tidurlah nanti akan kukatakan dalam mimpimu, Rundo!” “Mengapa tak sekarang wahai Polaris?!” “Tidak… tak bisa… jika kutuliskan di atas lautan itu, aku takut ombak akan menerjangnya dan jika kutuliskan di atas hamparan pasir itu pun, kutakut angin kan menerbangkannya. Tunggulah dalam mimpimu malam ini!” Rundo mengangguk dan mengajak Tika untuk masuk lebih dalam ke dalam lubang tebing.

Picture saved with settings applied.IMG_20140915_200647

*** Titik-titik embun yang merindukan mentari berguliran di celah-celah tebing menyambut kepakan pertama sayap-sayap tua milik Rundo… “Bersiaplah Tika. Perjalanan kita mungkin bisa 2 hari hingga ke tempat Casuarina dan Excelsa!” “Casuarina dan Excelsa?” Tika tampak bingung. “Mereka adalah Sepasang Pohon Cemara yang harus kita temukan menurut petunjuk dari Polaris!” “Bagaimana cara kita menemukan mereka Rundo?

Bukankah banyak sekali cemara di Bumi ini?”

“Nanti mereka akan memanggil kita manakala kita melintas di atas pucuk-pucuk mereka! Demikian petunjuk dari Polaris!”

Angin yang bertiup begitu membantu kecepatan terbang Rundo dan Tika meskipun sayap-sayap mereka telah menua. *** Permadani Hijau Cemara menghampar begitu indah yang menyambut tatapan penuh lelah dari Rundo dan Tika.

Rundo memberi tanda agar Tika mempercepat lajunya. Mereka berdua kemudian berputar-putar di atas 2 pucuk Cemara yang paling tinggi. “Hei… Burung Layang-layang… apa yang kalian lakukan??? tidakkah kalian sadari bahwa gerakan kalian menghalangi pandangan kami untuk menggapai langit biru?”

Picture 161

“Wahai sepasang Pucuk Cemara, setinggi apa pun kalian bertunas, kalian berdua tak akan mampu menggapai langit biru tanpa menguatkan akar kalian!” “Heeeeiiiii… dari mana kalian mendapatkan kata-kata itu? Apakah Polaris dari Langit Utara yang mengirim kalian ke sini?” “Hhhhmm kalian sepasang Cemara bernama Casuarina dan Excelsa?” “Tak salah lagi dengan apa yang kau ucapkan, Aku Casuarina, dan di sebelahku ini adalah Excelsa!” “Jika begitu kami tak mau berlama-lama, sayap-sayap kami telah menua, katakanlah petunjuk terakhirnya yang mungkin telah disampaikan Polaris untuk kami kepada kalian!”

“Bersabarlah sebentar lagi Manusia-manusia itu akan datang dengan mesin besar mereka, banyak teman-teman kami telah ditumbangkan, menyingkirlah segera atau kalian akan tercabik-cabik akibat hempasan tumbangnya tubuh kami oleh mesin-mesin itu!” “Kami berdua percaya dengan petunjuk dari Polaris, Aku Rundo, dan ini Tika, kami berdua akan setia menunggu hingga petunjuk terakhir kami dapatkan!” “Kalian tidak menyesal?” Casuarina berteriak memperingatkan “Tidak! Tidak kami tidak menyesal.” Demikian lantang suara Rundo dan Tika.

Rundo dan Tika terus berputar-putar mengelilingi pucuk-pucuk Casuarina dan Excelsa. Senyuman indah tersungging dari Casuarina dan juga Excelsa. Ada rasa iri hati menyaksikan Rundo dan Tika dapat terbang dengan sayap-sayap kecilnya. “Deerrrrrrrrrrttttttt… Deerrrrrrrrrrttttttt… Deerrrrrrrrrrttttttt…”

22-tebang-pohon-knowledge.allianzcom Logger

Casuarina tumbang manakala mesin yang dibawa sekumpulan manusia memotong kakinya. Hempasan Pucuknya menyabet sayap Rundo dengan keras hingga tubuh Rundo terhempas begitu keras ke bawah… disusul kemudian Hempasan pucuk dari tumbangnya Excelsa tak ayal ikut pula menyabet sayap Tika… Tika pun terhempas jatuh tak jauh dari jatuhnya Rundo. “Craaakkkkkkkkkkkkksssssssshhhhhh… Craaakkkkkkkkkkkkksssssssshhhhhh…”

Suara tumbangnya tubuh Casuarina dan Excelsa.

Suara keras itu pun mengguncang tanah dan dari dalam tanah berhamburan semut-semut hitam banyak sekali. Di antara ribuan semut yang keluar itu ada yang paling besar tubuhnya. Antulus berjalan cepat sambil memberi komando pada ribuan semut lainnya. Ia pun tiba di tengah-tengah tubuh Rundo dan Tika.

kehidupan-semut-564x272semut-makro

“Kalian lihat wahai sepasang burung layang-layang… mereka itu manusia-manusia yang dengan begitu liarnya menebangi hutan cemara di tempat ini! Mereka memang mahluk yang paling pintar dan cerdas, bahkan bisa dikatakan sempurna, namun banyak sekali dari mereka yang tak bisa kembali ke Surga di langit sana, karena Hati mereka telah penuh dengan keserakahan, kebencian, dan juga kebodohan.

Mereka banyak melakukan pengrusakan pada Bumi ini tanpa memikirkan apa akibatnya nanti. Mereka telah lupa dengan hati kecil mereka!” “Ya benar kata Antulus… mereka manusia telah lupa dengan hati kecil mereka!” Demikian barisan panjang semut hitam yang mengikuti komando Antulus mengiyakan.

*** Rundo menatap ke arah Tika dan berkata… “Kau dengar itu Tika? Hati Kecil Mungil yang penuh dengan Pelayanan dan Kerendahan Hati! Itulah yang dimaksud oleh Polaris agar kita dapat terbang ke langit sana.

Tika menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, tak lama matanya pun menutup. Ia terbaring dalam senyuman tentang makna sebuah pelayanan yang tulus bagi kehidupan. Rundo pun tersenyum, namun masih kuat untuk menghembuskan beberapa kali nafasnya sambil mendendangkan sebuah syair… “Kepak layang burung-burung itu berkata pada pucuk-pucuk cemara… Setinggi apa pun kau bertunas, kau takkan mampu menggapai langit biru! Terlalu tinggi tanpa menguatkan akar-akarmu malah akan merobohkanmu lebih cepat manakala angin kencang menerpamu! Kerlip sinar bintang-bintang itu berkata pada kepak layang burung-burung…

 

Setinggi apa pun kau terbang melayang, Kau takkan mampu menembus langit biru hingga ke tempatku

tanpa sayap-sayap malaikat!

Semakin tinggi kau memaksa terbang Semakin cepat sayap-sayap rapuhmu hancur terbakar matahari!

Dan… Barisan panjang semut-semut kecil itu berkata pada manusia…

Setinggi apa pun ilmu dan kepintaran yang kau miliki Kau takkan dapat menggapai Surga tanpa hati kecil mungil yang penuh pelayanan dan kerendahan hati!

Semakin tinggi hatimu menantang langit dan bumi Akan semakin jauh Surga bagimu!

Hati kecil mungil…

Bawa Aku menuju Surga.”

(Alam Semesta Bernyanyi: Hati Kecil Mungil; Adam Heins/Hsu)

~000OOO000~

 

Hirundo Rustica: Burung Layang-layang Asia, dengan panjang tubuh sekitar 20cm, berwarna Biru Baja dan Putih pada bagian dada, berkembang biak dengan cara bertelur, banyak terdapat di Asia Tenggara, Afrika, dan Australia.

Polaris: Ekor dari Rasi Bintang Biduk yang dalam dunia Maritim biasanya digunakan oleh para Nelayan untuk menentukan Titik Utara Bumi.

Casuarina Excelsa: Jenis Cemara yang berasal dari kota Norfolk yang terletak di bagian Timur Inggris.

 

Leave a comment