Ini adalah perjalanan saya yang ke sekian kalinya ke Semeru, atap tertinggi pulau Jawa. Rencana pendakian berawal dari kemauan dan desakan salah satu teman. Dia sangat tertarik untuk kesana, setelah sebelumnya melihat foto-foto saya via social media dan blog pribadi saya.. Kita yang berasal dari berbagai daerah, mulai dari saya sendiri (Malang), Suryadi (Balikpapan), Bejo (Bontang), Pak Ruslan (Makassar), Mbak Yanti (Surabaya), Maulana (Balikpapan), Hamid (Bogor) langsung berdiskusi, dan diputuskan tanggal 15 Agustus 2015 kami akan jalan. Kami juga mencoba mengajak teman-teman lain yang mau ikut. Hasilnya sekitar 7 orang yang mau jalan dan mereka semua baru pertama kalinya ke Semeru. Saya dipercayakan untuk mengatur semua persiapan dan perlengkapan dengan dalil sebagai orang yang sudah sering menginjakan kaki disana..
15 Agustus 2015
MALANG
7 orang dari kami, memulai perjalanan hari itu dari Stasiun Kota Malang. Tepat pukul 08.00 WIB. kami bergerak menuju Tumpang, suatu desa kecil di kab. Malang. Dari sana, kami berganti kendaraan menggunakan Jeep berpenggerak 4×4 untuk menuju pos perizinan, yaitu pos Ranupani. Untuk menuju Ranupani,
Hari itu kami bertemu 2 orang teman baru, yaitu bule dari Prancis! Haha . Mereka berdua bernama Clo & Marie. Rupanya mereka kebingungan karena tidak ada satupun orang yang mereka jumpai dapat berbahasa Inggris. Kalo kami, yah lumayan lah, buktinya kami bisa bercakap-cakap dengan mereka. Haha
RANUPANI
Perjalanan menuju Ranupani, kita akan melewati perkebunan penduduk. Kita juga akan melewati hutan, tetapi ada jalan aspal di dalamnya. Di tengah-tengah perjalanan, kita juga akan melihat savana Bromo dari atas. Semua pemandangan ini indah sekali, yang disayangkan hari itu, langit menggantung banyak sekali awan, sehingga cuaca menjadi sedikit mendung.
Sekitar pk 14.00 WIB, kami sampai di pos perijinan Ranupani. Kabut sangat tebal menyelimuti kami & beberapa kali hujan turun rintik-rintik. Pelajaran pertama yang saya dapatkan adalah “Jangan pernah sekalipun meremehkan cuaca di gunung”. Meskipun saat itu bulan Agustus, yang seharusnya matahari bersinar terik, tetapi di ketinggian 2.162 mdpl, hal tersebut tidak berlaku.
Di sekitar pos Ranupani, terdapat beberapa warung kecil yang menjual makanan. ada satu warung favorit saya.. namanya warung “Langit” mungkin karena warung itulah yang paling dekat dengan langit.. hihihihihi
Di sana dijual nasi rawon, soto, pecel & beberapa makanan lainnya. Harganya, tentu saja mengejutkan, karena untuk seporsi nasi rawon, dengan irisan daging, dan kuah lezat yang panas kita hanya harus mengeluarkan kocek sebesar Rp 12.000,-. Menurut saya sih termasuk murah.
Pk 15.00 WIB, kami memulai perjalanan. Harap-harap cemas tanpa tahu medan-nya seperti apa, saya pede2 aja membawa tas carrier 80lt full barang bawaan & logistik. Harapan kawan-kawan saya bisa segera sampai di Ranukumbolo & menyaksikan dengan mata kepala sendiri keindahan danau yang membuat banyak orang terobsesi ke sana. Harapan mereka sepertinya kandas saat melewati & merasakan dahsyatnya trek menuju Ranukumbolo. Pk 17.00 WIB, langit mulai gelap, matahari yang sedari siang terhalang pekatnya kabut, sudah tidak bisa diharapkan untuk memberikan kami penerangan. Dalam waktu yang bersamaan, hujan pun mulai turun. Di tengah perjalanan, saya sempat kedinginan, suhu yang menurun, disertai tetesan air hujan membuat jaket kami basah. Beruntung kami semua sudah siap dengan raincoat dan flysheet yang bisa dibuka di tengah jalur pendakian tanpa mendirikan tenda…
- TIPS untuk teman2 pendaki, jika ingin mendaki gunung di atas 3.000 mdpl, saya sarankan gunakanlah sepatu yang nyaman. Bersol karet, sehingga tidak licin. Kalau ada, gunakanlah sepatu gunung. Jangan memakai jaket dengan bahan tebal. Selain ribet, kalau basah, justru membuat badan kita semakin dingin. Cobalah menggunakan jaket tipe windbreaker & waterproof. Cukup pakai 1-2 lapis pakaian, percayalah bahwa perjalananmu akan lebih nyaman, daripada menggunakan jaket tebal, karena seiring pendakian, asalkan kita bergerak terus, suhu tubuh akan naik dengan sendirinya.
Kembali ke perjalanan, beberapa kali kami terpaksa beristirahat untuk menaruh barang bawaan & sekedar melemaskan otot pundak. Saya pribadi sudah biasa merasakan trek menanjak dari pos Landengan Dewo & Waturejeng hingga mencapai Ranukumbolo. Halangan terbesar kawan-kawan saya bukan pada kaki, melainkan tas carrier & nafas yang tersengal-sengal akibat udara tipis gunung di malam hari. Sedangkan Halangan terbesar saya, tas carrier double milik teman wanita yang sebelumnya hampir menyerah ditengah jalur.. memang bukan pertama kalinya saya menjadi porter dadakan..
Untuk kalian para pembaca, pastikan nggak akan mencoba perjalanan Ranupani-Ranukumbolo di malam hari. Mengapa? percayalah hampir semua pemandangan indah di sana hilang, kita berebut oksigen dengan tumbuhan yang ada disana.. (masih inget pelajaran IPA saat SD khan bagaimana cara/proses tumbuhan bernafas?), semua indera mulai, penciuman, perasa, pendengaran kita dipakai dan harus tetap fokus..
Sekitar pk 23.00 WIB, akhirnya kami sampai di Ranukumbolo Terdengar suara “woosh.. woosh….”, yaitu suara angin kencang yang berasal dari arah danau. Nggak pake lama, kami segera mendirikan tenda, begitu satu tenda berdiri, teman-teman saya yang kedinginan langsung masuk & menghangatkan tubuh..
Malam itu, kami bersyukur, akhirnya kami sampai di Ranukumbolo dengan selamat setelah menghabiskan 8 jam perjalanan akibat hujan & jalanan yang licin.
- Satu lagi TIPS pendakian di trek Ranupani-Ranukumbolo, perhatikan Team-mu, jangan sampai terpisah, terutama jika melakukan pendakian malam hari. Sudah banyak cerita para pendaki yang tersesat di tengah-tengah hutan ini. Seandainya terpaksa harus dibagi menjadi tim yang berbeda, hal ini bisa saja disebabkan kecepatan masing2 orang yang berbeda, usahakan jangan sampai ada tim yang tidak memiliki tour guide/penunjuk jalan.
Puji syukur saya naikkan pada Allah malam itu, karena perlindungan-Nya nyata untuk team kami. Sebelum tidur, kami menikmati susu coklat & makan nasi beserta kornet goreng. Lumayan nikmat lah, meskipun nasi-nya kurang matang. Hehehehe..
16 Agustus 2015
RANU KUMBOLO
Hari itu saya terbangun pk 05.00 WIB, sayup-sayup terdengar celoteh dari tenda sebelah. Rupanya beberapa teman saya mulai terbangun satu persatu. 2 orang di antara kami mulai mengisi air di botol-botol yang sudah kosong. Sumber air terdekat tentu saja berasal dari danau. Saran saya, refill-lah sepagi mungkin ketika orang-orang belum terbangun dan beraktifitas. Air masih jernih, belum tercampur limbah dari para pendaki..
Dingin pagi itu terasa sekali. Saya berteriak memanggil teman dan bertanya, “Mataharinya keluar nggak?” Alhamdulillah Kami berhasil merasakan suhu dibawah 0 derajat celcius dan takjubnya melihat matahari membelah 2 bukit kembar di sana! Bulan agusatus adalah posisi paling pas untuk SUNRISE di Ranukumbolo.. Kalau sulit ngebayangin-nya, bayangin aja gambar standar anak kecil, matahari persis di antara 2 bukit.
Demi mengusir hawa dingin (yang memang beneran dingin), saya diajak teman mencicipi yang namanya tanjakan cinta. Menurut mitos, kalau kita bisa melewati tanjakan cinta sambil membayangkan orang yang kita cintai tanpa menoleh sedikitpun ke belakang, kita bakal bisa bersatu dengan orang yang kita cintai itu! Jujur, saya sendiri sih nggak percaya, dan yang pasti bakal nyesel banget kalo nggak noleh, karena pemandangan Ranu Kumbolo dari arah tanjakan cinta keren banget!
Siang hari, sekitar pk 10.00 WIB, kami segera berkemas untuk melanjutkan perjalanan menuju pos camping berikutnya, yaitu Kalimati. Sekali lagi saya harus melewati tanjakan cinta! Dari bawah, tanjakan cinta terlihat tidak terlalu terjal. Apalagi kalau hanya lihat di foto, tapi jangan berkomentar sebelum merasakan sendiri. Hahaha 😀 Mendaki tanjakan cinta dengan membawa tas carrier sebesar & seberat itu benar-benar sebuah tantangan buat kami. Apalagi setiap ada tanjakan, nafas boleh dibilang hampir habis. Memang benar, untuk mencapai Semeru, dibutuhkan stamina yang sangat kuat..
ORO-ORO OMBO
Setelah berhasil melewati tanjakan cinta, kami berhenti sebentar untuk mengatur nafas. Trek berikutnya adalah Oro-oro Ombo. Sebuah padang hijau yang sangat luas, berada di tengah kerumunan bukit-bukit. Di awal-awal musim pergantian musim penghujan menuju kemarau, seperti misalnya bulan Mei, kita akan disuguhi pemandangan indah dari hamparan tanaman Verbenna Brazilliensis Vell. Tetapi di bulan-bulan tengah, seperti Juli & Agustus, tanaman ini mulai kering. Bagi saya, oro-oro ombo adalah trek bonus di sepanjang perjalanan Ranupani-Semeru. Trek-nya datar & tidak ada tanjakan sama sekali..
CEMORO KANDANG
Setelah melewati padang verbenna, kami memasuki pos berikutnya, yaitu pos Cemoro Kandang. Disebut demikian karena memang trek berikut ini kami benar-benar melewati hutan cemara. Kami menjumpai banyak pohon yang tumbang, sepertinya akibat disambar petir. Jangan pernah meremehkan trek cemoro kandang dan jangan mengharapkan akan menjumpai turunan di pos ini, karena kami benar-benar terus menanjak, menanjak dan menanjak. Hahaha
Melewati pos cemoro kandang ini, meskipun hari belum sore benar, masih sekitar pk 13.30 WIB, tapi kabut tipis mulai turun, alhasil udara mulai terasa dingin. Kami mengerahkan seluruh tenaga, demi secepatnya mencapai pos Kalimati.
JAMBANGAN
Setelah berpuas ria dengan tanjakan demi tanjakan, akhirnya sekitar pk 16.00 WIB kami sampai di pos Jambangan. Sebuah dataran dan di sana kami bisa melihat gunung Semeru dengan jelas!!! (Di oro-oro ombo seharusnya bisa, tetapi saat itu tertutup kabut).
KALIMATI
Pk 17.30 WIB, kami akhirnya sampai di pos Kalimati. Trek perjalanan dari pos Jambangan ke Kalimati relatif mudah, hanya setengah jam saja, kami sudah sampai. Sumber air terdekat yang ada di sana ada di tempat bernama Sumber Mani. 45 menit perjalanan PP untuk mencapai tempat ini. Beberapa di antara kami berangkat dan segera memenuhi botol kami yang kosong untuk perbekalan summit attack nanti malam dan tentu saja untuk memasak.
Beruntung bahwa hari itu kami mendapat shelter, yaitu semacam pos pondokan untuk para porter. Di sana kami terlindung dari angin dan tidak perlu repot-repot mendirikan tenda terlalu banyak.
Malam itu kami segera makan lalu beristirahat, kami masuk ke sleeping bag kami masing-masing sekitar pk 19.30 WIB. Berbicara tentang kenyamanan tidur selama pendakian, saya tidak mengalami kendala. Sleeping bag dan matras yang saya pakai tebal dan hangat. Teman saya menyarankan supaya memakai bantal angin, sehingga kualitas tidur pun lebih baik. Saya sendiri cukup menggunakan tas carrier sebagai sandaran kepala.
Pk 23.00 WIB, saya dan team segera bangun dan mempersiapkan diri untuk perjalanan yang kami nanti-nantikan.
Briefing saya berikan tepat Pk 23.30 WIB. Cuaca malam itu cerah dan tidak ada angin. Teman saya berkata bahwa ini adalah kondisi yang sangat menguntungkan bagi kami. Tepat pk 00.05, kami semua berangkat. Tak lupa saya pimpin mereka untuk berdoa terlebih dahulu, menyerahkan setiap langkah kaki kami kepada Tuhan. Satu kalimat yg selalu saya katakan kepada tamu ataupun teman-teman sebelum menuju Puncak Abadi Para Dewa, “Untuk sampai ke atas dibutuhkan tekad yang kuat, kerjasama, dan kepedulian.. buang jauh-jauh ego kalian jika ingin menginjakkan kaki diatas tanah tertinggi pulau Jawa”.
17 Agustus 2015
ARCOPODO
Mendaki puncak Mahameru, kita akan selalu melewati suatu daerah yang bernama Arcopodo. Di tempat ini, trek yang dilalui cukup sulit dan menantang. Tidak terhitung berapa kali kami melewati tanjakan maut, disertai jurang di sebelah kanan-kiri kami. Jangan bercanda ketika dalam pendakian, karena nyawa taruhannya. Saling menolong dan solidaritas yang tinggi, itu yang kita perlukan. Bagi beberapa pendaki, ada 2 pilihan tempat camping. Yang pertama yaitu di Kalimati, dan yang ke-2 adalah di Arcopodo. Waktu itu ada salah stu kawan saya yang bertanya kepada ke saya, “Mengapa kita tidak menginap saja di Arcopodo? Bukankah itu lebih dekat?”
Ada 2 alasan yang saya berikan, yang pertama, tidak ada sumber air di Arcopodo, jadi dengan demikian, bila kami kehausan, kami tidak bisa mengambil air. Dan itu berarti mencobai diri sendiri. Alasan yang ke-2, trek menuju Arcapada lumayan berat, apalagi jika dilewati dengan membawa beban yang ada didalam tas carrier. Bagi saya itulah hal yang sangat masuk akal, mengingat perjalanan sebelumnya halangan terbesar kami adalah beratnya tas carrier. Jadi, silahkan memilih 🙂
BATAS VEGETASI / KELIK
Setelah sekitar 3 jam kami berjalan dari Kalimati, akhirnya kami melewati batas vegetasi, yaitu batas antara daerah hijau dan abu-abu di gunung Semeru ini. Dapat dilihat di google earth bahwa perbedaan warna perbatasan tersebut sangatlah mencolok.
“Gunung kalo masih warna hijau, itu berarti bukan gunung yang tinggi”. salah satu kalimat andalanku.. Selepas dari batas vegetasi, kita akan berjumpa dengan hamparan pasir dan batu. Selangkah demi selangkah kami berusaha mendaki, mendaki dan mendaki. Berikut ini beberapa tips yang ingin saya bagikan buat para pendaki,
- Seperti yang saya bilang di catatan perjalanan hari pertama, pakailah jaket yang nyaman. Jangan terlalu tebal, lama-kelamaan itu hanya menghambat gerak tubuh kita.
- Masing-masing orang harus membawa minum & camilan-nya masing-masing. Di perjalanan kami kemarin, sempat6 melihat pemandangan lain dari pendaki yang lainnya.. semua botol minum hanya dibawa oleh 1 orang. Hasilnya, untuk minum saja mereka harus saling tunggu.
- Lebih mudah jika menggunakan tongkat. Kami membuat tongkat menggunakan kayu bakar yang ada di Kalimati. atau jika anda memiliki uang lebih belilah alat yg namanya Trekking Pole”
- Atur langkah kaki baik-baik. Cerita bahwa pasir di Semeru membuat orang mundur 3 langkah ketika mereka maju 5 langkah itu bukan mitos ataupun cerita yang dibuat-buat. Jangan terburu nafsu ingin cepat sampai, tapi aturlah langkah dengan baik, demikian pula dengan nafas. Karena berdasar pengalaman saya, terburu-buru justru membuat stamina cepat hilang. Padahal perjalanan mendaki lumayan jauh (Khusus pemula :P).
- berjalan zigzag itulah kunci kesuksesan yang sebenarnya.. memang melelahkan dan jarak tempuhnya lebih panjang, tapi percayalah hanya cara ini yang mampu menghemat stamina dan tenaga kalian..
- Pakailah kaos kaki yang panjang melebihi mata kaki, atau Gaiter / Penutup celana untuk menutupi celah antara sepatu dengan celana, supaya kerikil tidak masuk. Pendakian akan sangat terganggu dengan kerikil yang masuk ke mata kaki.
Beberapa orang dapat menyelesaikan pendakian dalam waktu yang relatif singkat, yaitu 3 jam. Tetapi bagi kami yang beberapa orang masih dibilang pemula, hal itu sebuah mimpi di awan-awan. Selangkah demi selangkah kami pertahankan tekad untuk mencapai puncak Semeru. Sekitar pk 04.00, warna langit sudah mulai berubah menjadi semburan warna oranye. Pertanda fajar segera menyingsing. Sejenak saya melayangkan pandangan ke atas, puncak tampak sangat dekat. Ternyata semua itu hanyalah tipuan mata belaka. Pk 04.30, langit sudah hampir menjadi terang, namun puncak tak kunjung tiba.. Dan disinilah cerita yang aku sebut dengan Amazinc Journey..
“Massssssss Fajarrrrrrr..” teriak salah satu rekan saya asal Balikpapan..
sontak aku kaget dengan panggilan itu, sempat berpikir ada sesuatu hal negatif yg terjadi diatasku, tepat 10meter diatasku..
sedikit berlari kuhampiri hendra “Ada apa di??” balasku sambil berlari zigzag..
“Pak ruslan tumbang, beliau sesak nafas mas.. buruan mas.. pak rus udah kejang-kejang” teriak Suryadi.
Jantungku hampir berhenti saat melihat pak Ruslan yg sudah tergolek lemah diatas pasir bercampur batu atau jalur summit attack, tepat 400meter dibawah puncak Mahameru.
Hanya oksigen portable dan air hangat inilah penolongku,,
hampir 15 semprotan oksigen dari tabung keluar untuk menolong nyawa seniorku ini, dan air hangat dalam botol yang aku tarih di atas perutnya agar tidak terjadi kram perut nantinya..
hampir 20menit suasana tegang di jalur pendakian, beberapa pendaki yg lewat hanya menonton tanpa bisa berbuat banyak..
pak Ruslan perlahan bangkit, perlahan beranjak dari tanah, mencoba bangkit dibantu oleh Bejo.. Alhamdulillah pertolonganku tidak terlambat..
Terima kasih Ya Rabb.. Kau selamatkan nyawa senior saya, kau selamatkan nyawa guru saya..
tak kau coret catatan pendakianku dengan tinta merahmu..
Antara batas kesadaran, otak ingin sekali mencapai puncak, tetapi badan seperti berkata sudah. Tekad saya bulat harus mencapai puncak! sedangkan Semakin ke atas, trek yang dilalui semakin sulit. Kemiringan gunung bisa dibilang mencapai 45 derajat. Berjalan 1 langkah, mundur lagi 3 langkah. Perasaan saya saat itu cuma 1, putus asa. Beberapa teman terlihat beberapa meter di depan saya, mereka tampaknya tidak mau menyerah. hanya satu fokusku saat itu, pak Ruslan, Guruku, Seniorku, bapakku..
Di tengah pendakian, kami beralih haluan menuju ke jalur kanan, tampak lebih berbatu & sepertinya lebih gampang untuk dilalui. Tapi pandangan kami ternyata menipu. Bebatuan yang ada sangat rapuh untuk dijadikan pijakan. Berulang kami saya terpeleset & jatuh. Bahkan saya sempat terkena batu jatuh yang longsor akibat diinjak teman.
Tanpa Basa basi, tugas sebagai sweeper aku oper ke Suryadi temanku asal banjarmasin, sedangkan aku turun membawa pak Ruslan menuju camp di kalimati..
Saya tidak mau mengambil resiko hanya untuk gengsi, hanya untuk pamer foto selfie yang sering kali dibuat acuan anak-anak kekinian..
Nyawa Pak Ruslan bukan sebuah pertaruhan gambling yg saya buat sebagai leader dan juga sweeper dalam tim ini..
biarlah saya dan pak Ruslan mengikuti upacara 17 Agustus di Kalimati atau biasa aku sebut dengan “Shelter Akhir”
Kegagalan adalah awal dari sebuah keberhasilan. Meski saya dan pak ruslan gagal, tekad saya nggak luntur. Saya nggak mau jadi pendaki yang ceroboh.
Mereka, kawan-kawanku yang bisa dianggap pemula berhasil menginjakkan kaki di tanah tertinggi pulau Jawa dan melangsungkan upacara 17 Agustus di puncak tertinggi pulau Jawa!
Bangga? Ya, saya bangga. Tapi kebanggaan yang ada di hati bukan tentang gengsi para pendaki terhadap sebuah ketinggian yang katanya puncak abadi para dewa. Masih teringat dengan jelas, pendakian yang lalu-lalu puncak selalu menjadi rumah singgahku. Persiapan yang saya lakukan luntur gara2 accident yg menimpa kawan dan juga senior saya asal makassar! sesak nafas, perut kram & beberapa kali hampir muntah, tapi yang saya ingat, kalian harus terus, kalian harus berhasil, sudah sampai sini, jangan menyerah.
Kalau kalian bisa mencapai puncak, bersyukurlah karena kalian diberi kekuatan! Kalau belum mencapai puncak, berbanggalah karena kamu sudah pernah merasakan yang namanya bersatu dengan alam dan berjuang dengan sahabat-sahabatmu! inilah sesungguhnya yg disebut perjalanan bukanlah ambisi untuk sebuah gundukan tanah kering hanya untuk mengambil sebuah foto selfie..
Terima kasih buat keluarga & teman-teman yang mendukung & berdoa buat keselamatan saya & tim. Mohon maaf, beberapa hari ke depan izinkan saya sharing banyak pengalaman yang saya dapatkan di pendakian kali ini. Pendakian ke Semeru kemarin jelas nggak akan pernah saya lupakan seumur hidup. Berharga. Ya, sangat berharga. Beberapa teman meledek, ngapain naik gunung terus, hidup aja di gunung. Ya, saya bangga karena saya mendaki sambil membawa tekad untuk mewujudkan mimpi teman-teman dan tamu saya, saya bangga bahwa saya mengusahakan banyak hal demi mencapai mimpi mereka! Meski hanya mimpi tentang gunung, tapi insha Allah dari sana justru saya maupun mereka akan belajar banyak hal tentang kehidupan..
Teruntuk putraku “Byan”
Rindu Ayah masih tertinggal di Shelter Akhir, Biarkan suatu saat nanti aku bisa membawa kembali Senandung padamu dan untuk para sahabat..
Senandung yang masih terngiang di telingaku.. Syahdu, mengundang rindu, yang sempat tertahan dalam kalbu..
Nampak di sana, Purnama menghangatkan malam..
Benderang dalam kelam..
Muncul layaknya bayangan yang mengisi setiap jengkal kehidupan..
Begitu berarti..
Walau tak pernah pasti,
Itu kan termiliki..
Asa itu selalu tersimpan dan membara di lubuk hati..
Suatu Malam di bawah bintang2 di jalur terlarang..
Teruntuk putraku yang sangat kusayangi, senandung itu tak kan selamanya berlagu bila kau selalu diam mengharapkannya, percayalah, untuk terus maju dan membuang semua peluh, yakin pada setiap apa yang kau impikan, hingga nanti senandungmulah yang akan berlagu untuk menyambut perwujudan mimpi-mimpimu..
Ayah akan selalu disini nak, menemani langkahmu, mengusap peluhmu, membelaimu dengan doa, menyambutmu dengan senyu terindah, memberikan bahu untukmu bersandar ketika kau lelah berlari untuk mengejar mimpi-mimpimu..
Ayah akan selalu terjaga untukmu, tertawa saat kau bercanda, menangis haru saat kau dapatkan kesempatanmu, sembari memelukmu erat..
Ayahlah seseorang tidak akan pernah meninggalkanmu sendiri..
Karena inilah cintaku.. Engkaulah kasihku “Byan”..
Saat ini bulan tak nampak, tapi bintang disini nampak memenuhi pandangan Ayah nak.. Kalo Byan ada disini pasti Byan bakal suka.. Ayah percaya bahwa Byan akan banyak berdoa & berharap pada bintang2 yg jatuh saat ini..
Ini Gunung favorit ayah, Gunung tempat ayah bekerja nak.. Bahkan Gunung ini mungkin bisa jadi tempat favorit kamu suatu saat nanti nak..
Inilah sebuah pengharapan yang tertuang ketika dingin memeluk malam, dalam hati kecilku di bukit ini.
Ditengah gelapnya jalur ini, Memoriku memutar kembali semua rentetan potret indah yang aku alami dengan “Pelangiku” Binar matanya, celotehannya, cemburunya, bawelnya, bahkan umpatan-umpatannya..
Meski memang ayah harus bekerja lebih keras lagi, tapi ayah akan selalu yakin untuk lepas dari ketidaktahuan.. karena semangatku ada disini, selalu membara dalam hati..
Terima kasih untuk pijar yang pernah kau cahayakan di perjalananku “Pelangi”..
“Everytime we fall down to the ground, we look up to the blue sky above
We wake to its blueness, as for the first time
Though the road is long and lonely and the end far away, out of sight
I can with these two arms, embrace the light
Somewhere a voice calls, in the depths of my heart
Keep dreaming your dream and dont ever let them aparts
The whispering voice we never want to forget, in each passing memory
Always there to guide you” –spirited away-
-FA-
***
Jangan pernah meninggalkan Sampah Kalian di Jalur pendakian atau tempat anda bertualang..
Jaga Semesta ini untuk cucu kita nanti, biarkan mereka juga menikmati seperti yang kita lakukan.. Pastikan pula mereka menikmati keindahan Indonesia..
Photos by : #G4D4Adventure
#SalamLestari
-FA-