Penyakit Gunung bag. 2

MOUNTAIN SICKNESS
Penyebab utamanya adalah penurunan kadar oksigen didalam darah karena berada diketinggian tertentu. Faktor yang bisa menjadi penyebabnya adalah :
-Kurangnya aklimatisasi ( proses penyesuaian dua kondisi lingkungan yang berbeda ).
-Pergerakan mencapai ketinggian tertentu yang terlalu cepat.

Gejalanya:
-Pusing.
-Nafas sesak.
-Tidak nafsu makan.
-Mual terkadang muntah.
-Badan terasa lemas, lesu, malas.
-Jantung berdenyut lebih cepat.
-Penderita sukar tidur.
-Muka pucat, kuku dan bibir terlihat kebiru – biruan.

Penanganannya:
-Beristirahat yang cukup, pada umumnya gejala ini akan hilang dengan sendirinya setelah beristirahat selama 24 s/d 48 jam.
-Jika kondisi tidak membaik turunkan si – penderita dari ketinggian tersebut, sekitar 500 s/d 600 meter.

HYPOTERMIA
Hypotermia adalah suatu keadaan dimana kondisi tubuh tidak dapat menghasilkan panas disertai menurunnya suhu inti tubuh dibawah 35oC. Hal tersebut disebabkan beberapa faktor, diantaranya :
Suhu yang ekstrim.
-Pakaian yang tidak cukup sehingga mengenakan pakaian basah.
-Kurangnya makanan yang mengandung kalori tinggi.

Gejalanya:
-Menggigil.
-Dingin, pucat, kulit kering.
-Bingung, sikap – sikap tidak masuk akal, lesu, ada kalanya ingin berkelahi.
-Jatuh kesadaran.
-Bernapas pelan dan pendek.
-Denyut nadi yang pelan dan melemah.

Gejalanya Dilihat dari Suhunya:
-37°: Adalah suhu normal
-36° – 35°: Menggigil dengan disertai bulu roma berdiri, namun masih bisa terkendali. Mempengaruhi gerak langkah menjadi lamban dan koordinasi tubuh mulai terganggu.
-35°: Menggigil hingga tidak terkendali
-35° – 33°: Pengambilan keputusan dan koordinasi tubuh mulai kabur, langkah kaki sering tersandung, berbicara kasar (dipaksakan untuk keras)
-33°: Tubuh semakin menggigil. Denyut nadi dan tekanan darah mulai menurun
-32° – 29°: Menggigil berhenti. Kebingungan meningkat, meracau, ingatan hilang, gerakan tersentak sentak, biji mata mulai membesar.
-29° – 28°: Otot menjadi kaku, biji mata membesar, denyut nadi melemah dan tidak teratur, tarikan nafas melemah, warna kulit tubuh kebiru biruan, tingkah laku kacau, menuju ke arah tidak sadar
-27°: Pingsan dan biji mata tidak lagi menjawab gerakan cahaya, kehilangan gerakan spontan tampak seperti telah meningal
-26°: Koma yang sangat darurat, suhu tubuh mulai menurun dengan cepat sekali
-20°: Denyut jantung berhenti

Penanganannya:
-Jangan biarkan orang yang terkena Hypotermia tidur, karena hal ini dapat membuatnya kehilangan kesadaran sehingga tidak mampu lagi menggangatkan badannnya sendiri. Menggigil adalah usaha secara biologis dari badan untuk tetap hangat, karena itu usahakan untuk tidak tidur.
-Berilah minuman hangat dan manis kepada si penderita Hipotermia.
-Bila baju yang di pakai basah segera mungkin gantilah dengan baju yang kering.
-Usahakan untuk mencari tempat yang aman dari hembusan angin, misalnya dengan mendirikan tenda atau pelindung lainnya.
-Jangan baringkan si penderita di tanah dan usahakan agar memakai alas kering dan hangat.
-Masukkanlah si penderita ke dalam kantong tidur. Usahakan agar kantong tidur tersebut di hangatkan terlebih dahulu ke dalam kantong tidur tersebut. Ingat, memasukkan penderita Hipotermia ke dalam kantong tidur yang dingin tidak akan memadai karena badan si penderita tidak akan dapat lagi menghasilkan panas yang mampu menghangatkan kantong tidur tersebut.
-Letakkan yang di isi dengan air hangat (bukan panas) ke dalam kantong tidur untuk membantu memanaskan kantong tidur.
-Bila kantong tidur cukup lebar, maka panas badan orang yang masih sehat dapat membantu si penderita secara langsung, yaitu dengan tidur berdampingan di dalam satu kantong tidur. Kalau mungkin, dua orang masih sehat masuk ke dalam kantong tidur rangkap dua, kemudian si penderita di selipkan di tengah tengahnya.
-Kalau dapat buatlah perapian di kedua sisi si penderita.
-Segera setelah si penderita sadar berikanlah makanan dan minuman manis, karena hidrat arang merupakan bahan baker yang cepat sekali menghasilan panas dan energi.

KRAM OTOT
Penyakit ini timbul akibat kekurangan kadar garam dalam tubuh.

Gejalanya:
-Kejang – kejang pada otot yang datangnya secara mendadak.
-Nyeri pada otot yang tegang yang datangnya berulang – ulang.
-Pada perabaan otot – otot yang keram terasa tegang serta terasa benjolan – benjolan otot.

Penanganannya:
-Baringkan penderita.
-Renggangkan otot – otot yang kram dengan menarik atau mendorongnya.
-Berikan tablet garam.

FROSTBITE
Timbul dalam pendakian gunung es sebagai akibat membekunya sel – sel air dalam sel – sel antara kulit dan kapiler ( pembuluh darah kecil ). Karena temperature kulit dibawah 10 C

Gejalanya :
-Kulit padat, putih keabu – abuan.
-Jaringan kulit akan mengeras dan dapat meluas ke otot da selanjutnya ketulang.
-Bagian yang terkena terasa dingin bahkan mati rasa.

Penanganannya:
-Bungkus bagian yang terkena dengan bahan yang kering dan tahan air ( Water Crous ).
-Masukkan penderita kedalam tenda, lalu masukkan bagian yang membeku ke dalam air hangat bersuhu 30 C.
-Bila telah meluas, jalan satu – satunya adalah dipotong( Amputasi )

HIPOKSIA
Hipoksia yaitu kondisi simtoma kekurangan oksigen pada jaringan tubuh yang terjadi akibat pengaruh perbedaan ketinggian. Pada kasus yang fatal dapat berakibat koma, bahkan sampai dengan kematian. Namun, bila sudah beberapa waktu, tubuh akan segera dan berangsur – angsur kondisi tubuh normal kembali.

Efek Hipoksia yang paling dini terhadap fisiologi tubuh adalah menurunnya ketajaman penglihatan di malam hari. Kecepatan paru – paru meningkat. Bila keadaan lebih tinggi lagi, ditemukan gejala seperti: rasa mengantuk, kelesuan, kelelahan mental, sakit kepala, mual dan kadang – kadang euforia atau rasa yaman yang semu.

Gejala sakit kepala memang tampak dominan. Jika berlebihan, membuat kejang clan mengakibatkan koma clan mati rasa. Pertimbangan daya ingat terhadap lingkungan menjadi berkurang, sehingga menvebabkan kurangnya kontrol terhadap gerakan motorik terganggu. Akibatnya, kemungkinan kecelakaan jauh lebih besar.

Tingkat Hipoksia
-Hipoksia Fulminan. Dimana terjadi pernapasan yang sangat cepat. Paru – paru menghirup udara tanpa adanya udara bersih ( oksigen ). Sering dalam waktu satu menit akan jatuh pingsan.
-Hipoksia Akut. Terjadi pada udara yang tertutup akibat keracunan karbon monoksida. Misalnya, seorang pendaki gunung tiba – tiba panik tatkala udara belerang datang menyergap. Udara bersih tergantikan gas racun, akhirnya paru – paru tak kuasa menyedot udara bersih. Mendadak ia pingsan.

Dampak dari Hipoksia adalah :
-Kesulitan dalam koordinasi, berbicara, dan konsentrasi
-Kesulitan bernapas, mengantuk, kelelahan dan sianosis
-Penurunan penglihatan, pendengaran dan fungsi sensorik lainnya
-Keringat dingin

Bila berlanjut dapat mengakibatkan ketidaksadaran dan akhirnya meninggal. Hal ini tergantung pada ketinggian dan kondisi pendaki.

Proses Hipoksia timbul secara perlahan. Biasanya pendaki gunung yang terlalu lama dalam perjalanan pendakian, sesampainya di rumah tubuhnya tidak bisa menerima perubahan suhu. Hipoksia yang terjadi berjalan agak lama. Tentu saja hal ini akan mengganggu proses pernapasan yang dilakukan paru – paru.

Untuk mencegah dampak buruk dari Hipoksia, para pendaki gunung yang sebelumnya mengidap penyakit jantung, pernapasan clan sirkulasi darah dianjurkan untuk tidak mencapai ketinggian yang melebihi daya tahan tubuh, Dengan demikian, sebelum mendaki gunung periksa keadaan diri.

 

penyakit ketinggian

Acute mountain sickness atau penyakit gunung merupakan suatu penyakit yang banyak menyerang para pendaki gunung. Penyakit ini terjadi terutama pada pendakian lebih dari 2400 meter. Tidak jarang, pendaki gunung meninggal karena mountain sickness.

Penyakit yang juga disebut altitude sickness ini terjadi karena ketidakmampuan tubuh untuk beradaptasi dengan kondisi alam di pegunungan yang berbeda dibandingkan dataran rendah. Di daerah pegunungan, tekanan udara dan kadar oksigen lebih rendah dibanding dengan dataran rendah, hal ini menyebabkan tubuh kekurangan oksigen.

Beberapa penyebab acute mountain sickness antara lain adalah :

Ketinggian yang dicapai
Medaki terlalu cepat
Kelelahan
Kekurangan cairan

Gejala yang ditimbulkan oleh acute mountain sickness dapat terjadi secara ringan hingga berat. Gejala yang sering timbul antara lain adalah nyeri kepala, kelelahan, sakit perut, penurunan nafsu makan, pusing, dan gangguan tidur. Pada beberapa kasus yang berat, penyakit ini dapat menyebabkan penumpukan cairan pada paru-paru atau otak, yang apabila terjadi maka penderita dapat mengalami demam, kebingungan, tidak seimbang, muntah, pingsan, gangguan penglihatan, sesak, dan kebiruan pada bibir atau kuku. Keadaan tersebut dapat berakibat fatal dan menyebabkan kematian apabila tidak mendapat pertolongan segera.

Untuk pencegahan kondisi seperti ini dapat dilakukan dengan aklimatisasi yang baik, yaitu dengan mendaki perlahan, sehingga memberikan waktu bagi tubuh untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang baru. Selain itu, jangan terlalu lelah dan minum cukup air.

Terapi terbaik untuk acute mountain sickness adalah dengan turun gunung. Pada kasus yang ringan, anda dapat berisitirahat sejenak hingga kondisi tubuh stabil dan terbiasa dengan kadar oksigen yang rendah. Pemberian oksigen dapat pula dilakukan untuk memperbaiki kondisi pasien. Apabila ada dokter atau tenaga medis di sekitar, pengobatan dengan acetazolamide dapat diberikan untuk mempercepat kemampuan tubuh untuk beradaptasi pada ketinggian. Ada pula perlengkapan khusus yang dapat digunakan untuk memberi pertolongan pada kasus acute mountain sickness yang berat, yaitu Gamow bag.

Mendaki gunung memang menyenangkan, tapi tentunya diperlukan persiapan dan pengetahuan yang cukup agar dapat menikmatinya. Acute mountain sickness dapat terjadi pada siapapun, laki-laki atau wanita, oleh karena itu berhati-hatilah dalam mendaki gunung.

penyakit gunung akut, penyakit pendaki gunung

Leave a comment